Problem Guru Agama
Sering sekali kudengar kabar bahwa seorang Guru Agama selalu dikesampingkan oleh Guru yang lain. Tak sedikit yang merasa bahwa mereka dipandang sebelah mata, jarang ditanggapi dan selalu dinomor duakan. Tak heran jika banyak dari beberpa prestasi yang dimiliki oleh guru Agama redup karena tak mendapat kesempatan didalam berfikir maupun berkarya. Dengan alasan Guru Agama tugasnya hanyalah mendoakan siswa-siswinya dan mendidik masalah agama.
STOP....... Jangan diteruskan. Tidak semua guru Agama hanya bisa berdoa dan mengurusi urusan akhirat saja. Masih banyak guru Agama yang memiliki semangat dan prestasi yang tak kalah dengan guru lainnya. Bukan berarti karena guru Agama diam dan tak berkarya disebabkan karena mereka tak bisa, bisa jadi mereka diam karena memang tak diberi kesempatan untuk melakukan karyanya.
Pernah suatu ketika ada suatu teman yang menggerutu dan mengomel tak jelas karena merasa dirinya dikesampingkan. Bahkan tak sedikit diperlakukan dengan semena-mena. Mendengar hal demikian, aku merasa terbakar jiwa mudaku dan spontan menjawab dengan nada yang bersifat provokatif agar jangan mau diremehkan. Ingat, guru Agama bukanlah guru yang ringan tugasnya. Malahan guru Agama adalah guru yang memiliki tugas lebih berat dari guru lainnya. Selain harus mengajar dikelas, guru Agama juga dituntut untuk bisa mengajar diluar kelas, mendamaikan konflik dan berusaha menciptakan ketenteraman. Jadi sebagai Guru Agama jangan mudah untuk direndahkan begitu saja.
Sebagai Guru Agama yang mengajar disekolahan umum, penulis juga sering merasakan hal demikian. Namun penulis berusaha untuk tidak pasrah dan menerima perlakuan dari guru yang lain. Penulis berusaha menjadi sosok yang bisa mengambil sikap dan keputusan, tidak pasrah begitu saja dengan keputusan oranglain. Awalnya sih banyak sekali rintangan dan hambatan yang dirasakan, namun dengan modal sabarf, cuek dan sedikit keras kepala, toh akhirnya bisa duduk sama rata dengan lainnya.
Beberapa alasan menjadi sebab mengapa guru Agama sering dikesampingkan. Beberapa diantaranya adalah karena guru Agama sering menolak ketika diberi suatu tanggungjawab ringan, seperti menjadi penanggungjawab suatu kegiatan atau mengikuti suatu kegiatan diluar tugasnya, ditambah lagi dengan banyaknya guru Agama yang pendiam membuat guru lainnya merasa bahwa guru Agama bisanya hanya mengajar dan berdoa saja. Seharusnya sebagai guru Agama, hendaknya sadar bahwa tugas guru Agama bukan saja mengajar materi akhirat namun juga materi dunia. Namanya juga materi dunia, maka harus bisa mempelajari walaupun tidak bisa menguasai secara maksimal.
Didaerahku, sering sekali aku menyaksikan setiap guru Agama tak pernah terlibat disetiap even kegiatan. Andaikata terlibat, paling sekedar sebagai pembaca doa, namun dengan bangganya mereka menerima tugas tersebut dan tidak mau terlibat dikegiatan yang lain. Guru Agama terlalu pasif disetiap kegiatan yang bersifat umum dan terkesan mengesampingkan diri. Jadi jangan kaget, kalau posisinya selalu dipandang sebelah mata oleh guru lainnya. Memang tak semua guru Agama berperilaku demikian, masih banyak guru Agama yang eksis berkiprah dengan guru lainnya bahkan sering menjadi pemimpin. Tapi jumlah mereka hanya beberapa saja, dan sangat sulit untuk ditemui. Hendaknya hal ini menjadi cambuk bagi guru Agama agar selalu mengasah dan mengembangkan dirinya.
Sebenarnya masalah ini bukanlah hal yang patut untuk dijadikan sebagai bahan perdebatan. Seharusnya hal ini dijadikan sebagai media untuk mengevaluasi diri, kenapa guru Agama sering dipandang sebelah mata. Jika harus jujur, sebenarnya guru Agama bisa bersaing andaikata ada niat dan greget. Penulis merasa sangat yakin dengan pernyataan tersebut, sebab guru Agama sangat mudah untuk diajak bekerja sama dan memiliki sikap legawa yang sangat besar. Andaikata ada yang egois, jumlahnya bisa dihitung dengan jari, dan itupun masih dalam standard normal.
Tolong, Bagi Guru Agama hendaknya dikesampingkan diri dulu sikap fanatik dan jangan pernah merasa bahwa selain hal yang berbau agama bukanlah tugas mereka. Bukan bermaksud untuk melemahkan kadar keagamaan seseorang, namun tak semua orang bisa menerima perilaku tersebut. Jadikan suatu kegiatan sebagai ajang mengasah diri dan mengembangkan karya. Selama tidak ada hukum yang melarang, lakukan apa saja yang perlu untuk dilakukan. Jangan berkecil hati, minder ataupun selalu mengatakan tidak bisa. Katakan dengan lantang "AKU PASTI BISA". Andaikata tak bisa, belajarlah dengan sungguh-sungguh sampai BISA. Karena sungguh Allah akan mengangkat derajat orang yang menuntut Ilmu.
Semoga bisa menjadi renungan untuk kita bersama.
Wassallam
Komentar
Posting Komentar