MASJID RASA PABRIK


Melihat dari judulnya saja rasanya sudah serem dan sangat kontroversi, andaikan kata-kata ini diupload di media sosial atau dijadikan bahan ceramah, mungkin akan viral dan memenuhi trending topik dibeberapa laman berita. Bakan beberapa orang akan menganggap sebagai penistaan agama atau penistaan terhadap tempat ibadah. Terjadilah saling caci, fitnah, perundungan, demo bahkan penganiayaan, ditambah lagi dengan minimnya budaya baca masyarakat yang sok tahu, baru membaca judulnya saja sudah berani berkomentar bahkan memberikan kesimpulan.
Dilihat dari judulnya saja, sebagian besar orang menganggap bahwa penulis adalah orang yang anti terhadap masjid dan terkesan sebagai orang sinting. Namun, perlu diketahui alasan menulis hal demikian karena adanya rasa kepedulian terhadap masjid –walaupun penulis sendiri hanya seminggu sekali ke masjid – yang seharusnya  masjid  menjadi pusat kegiatan keagamaan kemasyarakatan.Wow, kata-katanya keren. Maksudnya kegiatan keagamaan kemasyarakatan bukan berarti hanya berfokus kepada ibadah rutin biasa, namun juga mengarah pada kegiatan apapun yang tidak dilarang agama.
Masjid seharusnya menjadi rumah bagi muslimin-muslimat yang ada, bukan menjadi rumah para takmir masjid atau masyarakat sekitar situ saja. Masjid bukan sekedar tempat untuk rutinitas ibadah saja, melainkan semua aktifitas masyarakat harusnya berpusat disana. Memakmurkan masjid bukan berarti membuat masjid menjadi indah bak istana raja-raja, melainkan menfungsikan masjid dengan sebaik-baiknya. Beberapa orang beranggapan, bahwa masjid haruslah indah karena itu adalah rumah Allah. Maka dihiaslah masjid dengan beberapa ornamen mewah yang mengagungkan bangunan masjid bak istana dan memanjakan para jamaah yang ibadah, dengan tujuan jamaah menjadi khusuk dan ingat terhadap TuhanNya. Terus terang saja, hal tersebut sangat jauh dari apa yang didengungkan barusan. Jamaah semakin lama bukan semakin banyak, namun semakin sedikit.
Terkait dengan judul yang berbunyi Masjid Rasa Pabrik adalah pengalaman penulis ketika memasuki masjid dan sholat didalamnya. Awalnya tidak terjadi masalah apa-apa, semua berjalan dengan sewajarnya saja. Adzan, puji-pujian terhadap Nabi , iqomat semuanya berjalan normal-normal saja. Namun ketika selesai sholat, penulis merasa ada yang tidak beres sebab jamaah kok hanya sedikit padahal lokasi masjid tersebut berada dikeramaian. Memang, urusan sholat adalah hak setiap orang untuk beribadah dimana namun jika melihat perbandingan yang ada, kok rasanya jangal gitu. Jujur saja, masjid yang indah dan besar seperti ini, lokasinya yang amat strategis berada dikeramaian malah sedikit orang yang berjamaah. Pasti ada alasan yang menyebabkan hal tersebut terjadi, ternyata sumber masalah tersebut sepele yakni pintu gerbang. Pintu gerbang masjid tersebut terkunci selama sholat berlangsung, dan akan dibuka ketika doa selesai. Jadi, ketika iqomat dikumandangakan penjaga masjid secara automatis langsung mengunci pintu dan akan membuka kembali setelah semuanya selesai, alasan tersebut mungkin sebagai tindakan keamanan terhadap kendaraan jamaah mengingat banyak sekali kasus kehilangan sepeda motor yang diparkir dimasjid. Tindakan tersebut sangat baik, hanya saja baik belum tentu benar. Siapa tahu ada jamaah yang terlambat ingin mengikuti jamaah sholat, melihat pintu gerbang tertutup kan jadi males untuk sholat, walaupun ada celah kecil bagi pejalan kaki. Jika memang ingin kendaraan tersebut aman dari maling, seharusnya ada penjaga yang mengawasi, dan disitulah penjaga masjid berperan.
Masjid seharusnya menjadi rumah bagi muslimin-muslimat, memberikan kebaikan kepada masyarakat sekitar dan mengayomi orang yang bepergian. Gerbang masjid hendaknya dibuka dengan lebar agar semua orang bisa masuk, jika memang perlu ditutup setidaknya jangan dikunci, gitu saja. Terkait dengan keamanan, kan sekarang sudah ada CCTV, gunakan CCTV dan fungsikan dengan baik atau silahkan dikunci ruangan masjid. Ingat, hanya ruangan masjid bukan gerbang atau kamar mandi. Izinkan musafir beristirahat dimasjid, tidur dimasjid, menggunakan fasilitas masjid karena masjid bukan milik takmir masjid. Fungsikan kas masjid untuk kegiatan umat, bukan bangunan fisik masjid, adakan kegiatan santunan terhadap fakir miskin, anak yatim, dhuafa dilingkungan sekitar masjid. Gunakan uang tersebut untuk membantu mereka yang membutuhkan, jangan untuk pembangunan fisik saja, Masjid tidak butuh indah, masjid juga tidak butuh dipercantik lagi, masjid butuh jamaah dan jamaahlah yang menentukan masjid itu baik atau tidak. Buatlah kegiatan yang berfokus kepada maslahat umat, bukan sekedar pangajian dan sholat saja. Rangkullah semua lini untuk masuk masjid, buatlah kegiatan yang dapat menampung aspirasi masyarakat dari semua lapisan, sebab Masjid adalah rumah bukan pabrik.
Pengelolaan masjid menjadi faktor utama dalam suatu keberhasilan masjid bisa dikatakan makmur atau tidak. Pengelolaan masjid sangat berpengaruh terhadap kualitas itu sendiri, bukan hanya mengandalkan kuantitas. Masjid yang dikelola dengan baik secara tidak langsung akan membuat masyarakat merasa betah dengan keberadaan masjid, otomatis respon masyarakat terhadap masjid positif.

Sekian, terimakasih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERINGATAN 1 MUHARRAM KKG PAI SD PASIRIAN

Kegiatan Sekolah Ramah Anak Nasional SDN Pasirian 04

Satgas Tanggap Covid 19 Candipuro Beraksi