KEBENARAN ITU RELATIF
Banyak orang selalu menyuarakan kebenaran bahkan tidak
sedikit pula yang memaksakan kebenaran, bahkan pahlawan khayalan pun juga
diberi nama pahlawan kebenaran. Hidup saja butuh kebenaran agar tidak mudah
tersesat ditengah jalan. Kebenaran bisa diartikan tidak salah, apapun itu jika
tidak salah maka dinamakan benar. Namun, perlu diingat bahwa kebenaran itu
relatif, yakni bermacam-macam berdasarkan cara pandang seseorang.
Dewasa ini, banyak sekali orang yang merasa dirinya
paling benar, hingga dengan bangganya menganggap bahwa tidak ada didunia ini
orang yang paling benar selain dirinya. Semua yang tidak dilakukan oleh dirinya
dianggap salah, dan kebenaran hanya milik dirinya sendiri. Anehnya, orang-orang
seperti ini banyak sekali jumlahnya, tidak hanya menjangkiti kaum terpelajar
saja bahkan orang yang tak mengenal makan bangku sekolah juga ikut imbasnya. Wow, makan bangku sekolah, tapi bukan rayap
ya,,,,, heheheheh. Kita boleh menganggap diri kita benar, namun jangan
sekali-kali merasa diri kita paling benar. Diatas langit masih ada langit
kawan, dan langit (kebenaran) tertinggi adalah milik Allah SWT. jadi, jangan
pernah sekali-kali merasa diri paling benar.
Kebenaran sendiri terbagi menjadi 3 (tiga), yakni
kebenaran pribadi, kebenaran komunitas dan kebenaran yang sesungguhnya. Adapun penjelasannya,
sebagaimana berikut :
1.
Kebenaran
Pribadi
Kebenaran Pribadi dapat kita artikan sebagai kebenaran
yang menyangkut urusan pribadi. Kebenaran ini sifatnya personal, jadi tidak
bisa dipaksakan kepada oranglain. Karena orang lain juga memiliki kebenaran
pribadi menurut dirinya sendiri. Dijaman ini banyak sekali kita temui orang
yang taraf kebenaran pribadi merasa dirinya paling suci hingga dengan entengnya
mencaci mereka yang tidak sehati. Jika memang kita ingin belajar lebih lanut,
sebenarnya Tuhan memang menciptakan perbedaan diantara kita agar kita saling
mengenal satu sama lain.
Banyaknya perbedaan dan perpecahan dikalangan masyarakat
sendiri umumnya disebabkan dari cara seseorang mengartikan sebuah kebenaran. Si
A menganggap bahwa kebenaran itu begini, namun Si B menganggap kebenaran itu
begitu. Si C menganggap kebenaran itu seperti ini, Si D menganggap kebenaran seperti
itu, dll. Tidak akan pernah ada titik temu. Dan hanya orang egoislah yang
selalu merasa paling benar dari siapapun.
Kita sebagai manusia yang oleh Allah diberikan kemampuan
berpikir menggunakan akal dan hati hendaknya bisa menerima perbedaan jika
sekedar taraf kebenaran pribadi. Tak patut kiranya kita marah atau merasa risih
terhadap kebenaran menurut keyakinan orang lain, kita memang diciptakan tidak
sama jadi tak patut kiranya kita memaksanakan kehendak kepada orang lain.
Mereka yang menginginkan bahwa semuanya harus sama dengan dirinya, berarti
sudah menentang sunnatullah. Mengapa demikian, karena perbedaan sendiri
sesungguhnya berasal dari ALLAH SWT.
2.
Kebenaran
Komunitas
Kebenaran komunitas bisa kita artikan sebagai kebenaran
golongan atau kebenaran orang banyak. Orang yang memasuki tingkatan kebenaran
ini, sudah satu level diatas kebenaran pribadi, sebab ia sudah bisa merontokkan
sedikit ego yang ada didalam dirinya. Kebenaran komunitas merupakan kesepakatan
dari beberapa orang yang akhirnya ditaati oleh lainnya. Dalam bentuk ini, suatu
kebenaran sudah bisa ditetapkan sebagai hukum dan dapat diterapkan kepada
sebagian orang (dalam golongan yang sama). Penerapan kebenaran komunitas hanya
berlaku untuk komunitas itu sendiri, tidak dapat diterapkan kepada komunitas
lain. Sama dengan kebenaran prbadi yang sifatnya individu, maka kebenran
pribadi hanya berlaku untuk komunitas itu sendiri.
Kebenaran komunitas bergantung pada komunitas itu
sendiri, berapa banyak orang yang tergabung atau berapa banyak orang
menyepakati. Biasanya, ada semacam tali pengikat agar seseorang bisa selalu
berada dijalan yang benar (sesuai komunitas), seperti penghargaan bagi yang
menjalankan dan hukuman bagi yang melanggar. Kebenaran Komunitaspun memiliki
tingakatan yang berbeda, kita ambil sederhananya seperti, komunitas keluarga,
komunitas adat, komunitas negara, kominitas agama, dll. Dan setiap tingakatan
komunitaspun berbeda.
Sekali lagi penulis ingatkan, bahwa kebenaran komunitas
hanya berlaku bagi komunitas itu sendiri, tidak dapat dipaksakan kepada
komunitas lain, karena imbasnya adalah perpecahan ditubuh masyarakat dan bisa
berakibat fatal kepada peperangan. Banyaknya peperangan yang terjadi disebabkan
karena memaksakan kebenaran komunitas tterhadap komunitas yang lain.
3.
Kebenaran
yang sesungguh_Nya
Tidak ada kebenaran yang paling benar selain kebenaran
milik ALLAH SWT, kecuali bagi mereka yang dihatinya terdapat kesombongan dan
keangkuhan akan nikmatNya. Kebenaran ini bersifat mutlak dan diperuntukkan
kepada siapa saja yang ada di alam semesta, manusia, hewan, tumbuhan dan
makhluk lainnya tunduk didalam_Nya. Kebenaran yang sesungguhnya (hakiki)
bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Apapun yang menjadi
ketentuan_Nya sudah menjadi kewajiban bagi siapapun, apapun dan dimanapun untuk
senantiasa menepatinya.
Contoh sederhana dari kebenaran yang sesungguh_Nya adalah
bahwa setiap yang bernyawa pasti mati. Sudah, tidak perlu diteliti lebih lanjut
semuanya pasti akan menerima, bahwa semua yang bernyawa pasti mati. Sepintar apapun
akal pikiran manusia, secanggih apapun alat teknisnya, sekuat apapun
pertahanannya, kalau sudah waktunya mati ya pasti bakalan mati. Gak usah
dipikir terlalu ribet.
Dulu pernah ada teman penulis yang mengatakan bahwa ada
suatu Negara yang nantinya berhasil menyimpan nyawa dalam suatu tabung,
kemudian dipindahkan ketubuh manusia yang lebih muda, sehingga dia bisa hidup
abadi. Mendengar demikian, penulis diam-diam saja. Bukan menerima hanya diam
karena tidak mau menyakiti perasaan. Namun setelah dipikir lebih lanjut, hal
tersebut kok gak masuk akal gitu saja. Memang pikiran manusia selalu dipenuhi
dengan imajinasi, namun tetap saja tidak semua imajinasi bisa menjadi
kenyataan. Contoh sederhananya, manusia tidak bisa terbang. Sekuat apapun ilmu
seseorang tetap tidak akan bisa terbang, andaikata bisa terbang mungkin ada
alat atau ada dzat yang membantu. Bukan murni dari kemampuan manusia itu
sendiri. Karena manusia tidak bisa
terbang adalah kebenaran yang sesungguh_Nya.
Kebenaran hanya milik
Allah, kita berasal dari_Nya dan suatu saat akan kembali kepada_Nya. Jangan terlalu banyak bertingkah pola, karena
sesungguhnya kita hidup hanya karena kehendak_Nya. Wallahua’lam bisshowab
Komentar
Posting Komentar